Rabu, 17 Desember 2008

Zionis-zionis Berjubah


bukan utk berperang, tapi utk membuat kebab

Melihat berita di bawah ini, menjadi jelas teka-teka sikap sebagian besar pemimpin-pemimpin Arab yang kompromistis dan tidak mendukung Hamas, membenci Hezbollah dan tentu saja, Iran.

Presiden Israel, Shimon Peres, mengungkapkan bahwa dia dan Menteri Luar Negeri Zipni Livni telah melakukan pertemuan rahasia dengan Emir Bahrain, Hamad bin Isa Al Khalifah di New York beberapa hari lalu.

Sumber-sumber Israel, sebagaimana dikutip suratkabar Alquds, mengungkapkan bahwa sejak beberapa tahun terakhir pejabat-pejabat teras Israel dan Bahrain sering melakukan kontak rahasia, meski secara resmi kedua negara tidak memiliki hubungan diplomatik. Disebutkan pula bahwa Ron Brosowar, Direktur Jenderal Kementerian Luar Negeri Israel, sebagai utusan Zipni Livni, tahun lalu melakukan kunjungan ke Bahrain dan mengadakan pertemuan guna membahas apa yang disebut dengan “isu-isu sensitif”.

Menurut sumber ini pula, dalam sela-sela Konferensi Dialog antar Agama di New York dua pekan lalu, Menteri Luar Negeri Oman, Yusuf bin Alawi, melakukan pertemuan rahasia dengan Menteri Luar Negeri Zionis, Zipni Livni.

Hubungan rahasia ini tidak hanya dilakukan oleh Bahrain dan Oman. Sumber-sumber terpercaya, sebagaimana dikutip Alquds, mengungkapkan adanya “hubungan rahasia” antara Israel dan Arab Saudi sejak beberapa tahun lalu. Pada tahun 2006, seorang pangeran dari keluarga Saudi melakukan pertemuan dengan sejumlah pejabat Isarel yang dihadiri oleh Menteri Luar Negeri AS, Condoliza Rice.

Diungkapkan pula bahwa beberapa waktu lalu seorang pejabat dari anggota kerajaan Arab Saudi melakukan kunjungan ke Yerusalem Barat guna mengatur pertemuan rahasia antara pejabat tinggi Israel dan Arab Saudi.

Hingga kini, satu-satunya negara Teluk yang memiliki hubungan diplomatik dengan Isarel adalah Qatar. Meski demikian, para pemimpin negara-negara Arab di Teluk tergolong setia pada Amerika dan bersikap “kompromistis” bahkan sangat lunak terhadap Israel, termasuk Arab Saudi bahkan sejak Isaac Rabin menjadi Perdana Isarel beberapa tahun silam.

Sedangkan negara Arab non Teluk yang memiliki hubungan resmi dengan Israel antara lain Mesir, Maroko dan Mauritania.

Selasa, 09 Desember 2008

Mutiara Hikmah: Mengapa derita itu tak terasa?





Rasulullah saw bersabda: “Wahai hamba Allah, kalian seperti pasien yang sedang menderita sakit, dan Tuhan kalian seperti dokternya. Kesembuhan sang pasien tergantung pada apa yang diketahui dan diatur oleh dokternya. Bukan tergantung pada apa yang diinginkan dan diusulkan oleh sang pasien. Karena serahkan urusan kalian kepada Allah, niscaya kalian tergolong pada orang-orang yang beruntung.” (Majmu’ah warâm 2: 117) Dari sabda Rasulullah saw tersebut kita bisa mengambil beberapa pelajaran yang sangat berharga bagi kehidupan kita. Tentunya dalam hal ini, supaya lebih efektif, kita perlu membuat beberapa pertanyaan lalu mencari jawabannya yang relevan dengan sabda Rasulullah saw tesebut, dan diharapkan juga Anda menambahkan pertanyaan-pertanyaan yang dihasilkan dari perenungan: 1. Adakah seorang dokter yang mampu memberi jawaban yang pasti terhadap penyakit yang diderita oleh pasiennya? Mengapa kita percaya terhadap hasil diagnose dokter? Padahal ia tidak memberikan jawaban yang pasti. Karena kita menyakini bahwa dokter itu memiliki otoritas keilmuan dalam bidangnya walaupun itu tidak pasti. 2. Mengapa kita merasakan sakit yang diderita oleh organ tubuh kita? Dan mengapa penyakit batin tidak terasa atau tidak begitu terasa? Bukankah fitrah kita sudah sangat menderita akibat bermacam-macam penyakit yang menyiksanya? Bukankah kegelisahan jiwa, goncangan hidup, dan penderitaan batin itu akibat dari penyakit-penyakit yang diderita olehnya? Mengapa kita enggan mendatangi super dokter saat gejala penyakit itu mulai terasa?Mengapa kita membiarkan penyakit itu menjalar ke seluruh organ batin? Sementara jika penyakit fisik dirasakan kita langsung mendatangi dokter. 3. Bagaimana cara menyerahkan urusan kepada Allah swt? Dalam kehidupan ini banyak sekali urusan yang tak terselesaikan oleh kemampuan gerak fisik, pikiran, dan kesempatan waktu. Banyak hal-hal yang berada di luar kemampuan manusia. Misalnya apa yang akan terjadi pada diri kita esok hari dan masa yang akan datang? Apa yang akan dialami dan dilakukan oleh keluarga kita sesudah kita pulang ke alam yang abadi? Apa-apa yang akan dialirkan kepada kita oleh keluarga kita, dan resiko apa yang akan kita derita akibat ulah keluarga kita? 4. Dalam menyerahkan urusan kepada orang lain saja bermacam-macam sebab, faktor dan tingkatan. Ada karena tidak mampu mengurusinya. Ada juga karena tak punya waktu dan kesempatan walaupun mampu melakukannya. Ada juga karena tak percaya diri walaupun sebenarnya mampu melakukannya. 5. Mengapa kita menyerahkan suatu urusan kepada seseorang? Di sini banyak jawabannya. Mungkin karena kepercayaan dan keyakinan bahwa orang tersebut memiliki kemampuan dan dapat dipercaya. Ada yang kepercayaannya penuh, ada juga yang setengah hati, ada juga karena terpaksa. 6. Demikian juga penyerahan urusan kepada Allah swt. Ulama sufi membagi penyerahan urusan kepada Allah swt ke dalam tiga tingkatan: Dengan kepercayaan penuh seperti menyerahnya seorang mayit pada orang yang memandikannya. Ada juga seperti penyerahan seorang bayi pada ibunya, dan ada juga seperti penyerahan urusan seseorang kepada pengacaranya. Model yang manakah penyerahan diri dan urusan kepada Allah swt yang paling efektif pengaruhnya dalam kehidupan kita? Dan mengapa penyerahan diri dan urusan kepada Allah swt tidak dirasakan hasilnya oleh sebagian kita?

Selasa, 02 Desember 2008

Pribadi dan Biografi singkat Fatimah Az-Zahra’ (sa)



Nama: Fatimah
Gelar: Az-Zahra’
Julukan: Ummu Aimmah, Sayyidatu nisâil ‘âlamîn, Ummu Abihâ.
Ayah: Muhammad Rasulullah saw
Ibu: Khadijah Al-Kubra
Tempat/Tgl Lahir: Mekkah, hari Jum’at, 20 Jumadits Tsani
Hari/Tgl Wafat: Selasa, 3 Jumadits Tsani 11 H.
Umur: 18 tahun.
Makam: Baqi’, Madinah Al-Munawwarah.
Jumlah putera dan puteri: 2 laki-laki, dan 2 perempuan.
Laki-laki: Al-Hasan dan Al-Husein
Perempuan: Zainab dan Ummu Kaltsum.

Fatimah (sa) adalah salah seorang puteri Rasulullah saw. Ia merupakan
wanita yang paling mulia kedudukannya. Kemuliannya diperoleh sejak
menjelang kelahirannya, ketika kelahirannya dibidani oleh 4 wanita
suci.

Ketika menjelang kelahirannya ibudanda tercintanya Khadijah Al-Khubra
(sa) meminta tolong kepada wanita-wanita Qurays tetangganya. Tapi
mereka menolaknya sambil mengatakan kepadanya bahwa ia telah
mengkhianati mereka mendukung Muhammad. Saat itu ia bingung kepada
siapa harus minta tolong untuk melahirkan puteri tercintanya. Saat
kebingungan Khadijah (sa) mengatakan: “Aku terkejut luar biasa ketika
aku menyaksikan empat wanita yang berwajah cantik dilingkari cahaya,
yang sebelumnya aku tidak aku kenal mereka. Mereka mendekatiku, Saat
aku dalam keadaan yang cemas, salah seorang dari mereka menyapaku: Aku
adalah Sarah ibunda Ishaq; dan yang tiga yang menyertaiku adalah
Maryam ibunda Isa, Asiah puteri Muzahim, dan Ummu Kaltsum saudara
perempuan Musa. Kami semuanya diperintahkan oleh Allah untuk
mengajarkan ilmu kebidanan kami jika anda bersedia. Sambil mengatakan
hal itu, mereka duduk di sekitarku dan memberkan pelayanan sampai
puteriku Fatimah (sa) lahir.”

Fatimah (sa) berbicara saat dalam Kandungan
Sejak masih dalam kandungan ibundanya Fatimah (sa) sering menghibur
dan mengajak bicara ibunya. Rasulullah saw bersabda:
“Jibril datang kepadaku dengan membawa buah apel dari surga, kemudian
aku memakannya lalu aku berhubungan dengan Khadijah lalu ia mengandung
Fatimah. Khadijah berkata: “Aku hamil dengan kandungan yang ringan.
Ketika engkau keluar rumah janin dalam kandunganku ngajak bicara
denganku. Ketika aku akan melahirkan janinku aku mengirim utusan pada
perempuan-perempuan Quraisy untuk dapat membatu melahirkan janinku,
tapi mereka tidak mau datang bahkan mereka berkata: Kami tidak akan
datang untuk menolong isteri Muhammad. Maka ketika itulah datanglah
empat perempuan yang berwajah cantik dan bercahaya, dan salah dari
mereka berkata: Aku adalah ibumu Hawa’; yang satu lagi berkata: Aku
adalah Asiyah binti Muzahim; yang lain berkata: Aku adalah Kaltsum
saudara perempuan Musa; dan yang lain lagi berkata: Aku adalah Maryam
binti Imran ibunda Isa. Kami datang untuk menolong urusanmu ini.
Kemudian Khadijah berkata: Maka lahirlah Fatimah dalam kedaan sujud
dan jari-jarinya terangkat seperti orang sedang berdoa.” (Dzakhâir
Al-‘Uqbâ, halaman 44)

Menjelang usia 5 tahun, Fatimah (sa) ditinggal wafat oleh ibunda
tercintanya. Sehingga ia harus menggantikan posisi ibunya, berkhidmat
kepada ayahnya, membantu dan menolong Rasululah saw. Sehingga ia
mendapat gelar Ummu Abiha (ibu dari ayahnya). Tidak jarang Fatimah
(sa) menyaksikan ayahnya disakiti orang-orang kafir Quraisy. Ia
menangis saat-saat menyaksikan ayahnya menghadapi ujian yang berat
akibat prilaku orang-orang kafir Quraisy. Bahkan tangan Fatimah yang
berusia kanak-kanak yang membersihkan kotoran di kepala ayahnya saat
melempari Rasulullah saw dengan kotoran.

Fatimah (sa) buah surga dan tidak pernah haid
Aisyah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Ketika aku
diperjalankan ke langit, aku dimasukkan ke surga, lalu berhenti di
sebuah pohon dari pohon-pohon surga, dan aku tidak melihat yang lebih
indah dari pohon yang satu itu, daunnya paling putih, buahnya paling
harum. Kemudian aku mendapatkan buahnya lalu aku makan. Buah itu
menjadi nuthfah di sulbiku. Setelah aku sampai di bumi aku berhubungan
dengan Khadijah kemudian ia mengandung Fatimah. Setelah itu setiap aku
rindu bau surga aku mencium bau Fatimah.” (tafsir Ad-Durrul Mantsur
tentang surat Al-Isra’: 1; Mustadrak Ash-Shahihayn 3: 156)

Fatimah (sa) digelari Az-Zahra’
Abban bin Tughlab pernah bertanya kepada Imam Ja'far Ash-Shadiq (sa):
Mengapa Fathimah digelari Az-Zahra'? Ia menjawab: “Karena Fathimah
(sa) memacarkan cahaya pada Ali bin Abi Thalib tiga kali di siang
hari. Ketika ia melakukan shalat sunnah di pagi hari, dari wajahnya
memancar cahaya putih sehingga cahayanya memancar dan menembus ke
kamar banyak orang di Madinah dan dinding rumah mereka diliputi cahaya
putih. Mereka heran atas kejadian itu, lalu mereka datang kepada
Rasulullah saw dan menanyakan apa yang mereka saksikan. Kemudian Nabi
saw menyuruh mereka datang ke rumah Fathimah. Lalu mereka
mendatanginya, ketika sampai di rumahnya mereka melihat Fathimah
sedang shalat di mihrabnya. Mereka melihat cahaya di mihrabnya, cahaya
itu memancar dari wajahnya, sehingga mereka tahu bahwa cahaya yang
mereka saksikan di rumah mereka adalah cahaya yang terpancar dari
wajah Fathimah (sa).

Ketika Fathimah (sa) melakukan shalat sunnah di tengah hari cahaya
kuning memancar dari wajahnya, cahaya itu menembus ke kamar rumah
orang banyak, sehingga pakaian dan tubuh mereka diliputi oleh cahaya
berwarna kuning. Lalu mereka datang kepada Rasulullah saw dan bertanya
tentang apa yang mereka saksikan. Nabi saw menyuruh mereka datang ke
rumah Fathimah (sa), saat itu mereka melihat dia sedang berdiri dalam
shalat sunnah di mihrabnya, cahaya kuning itu memancar dari wajahnya
pada dirinya, ayahnya, suaminya dan anak-anaknya, sehingga mereka tahu
bahwa cahaya yang mereka saksikan itu adalah berasal dari cahaya wajah
Fathimah (sa).

Ketika Fathimah (sa) melakukan shalat sunnah di punghujung siang saat
mega merah matahari telah tenggelam wajah Fathimah memancarkan cahaya
merah sebagai tanda bahagia dan rasa syukur kepada Allah Azza wa
Jalla. Cahaya itu menembus ke kamar orang banyak sehingga dinding
rumah mereka memerah. Mereka heran atas kejadian itu. Kemudian mereka
datang lagi kepada Rasulullah saw menanyakan kejadian itu. Nabi saw
menyuruh mereka datang ke rumah Fathimah (sa). Ketika sampai di rumah
Fathimah mereka melihat ia sedang duduk bertasbih dan memuji Allah,
mereka melihat cahaya merah memancar dari wajahnya. Sehingga mereka
tahu bahwa bahwa cahaya yang mereka saksikan itu berasal dari cahaya
wajah Fathimah (sa). Cahaya-cahaya itu selalu memancar di wajahnya,
dan cahaya itu diteruskan oleh putera dan keturunannya yang suci
hingga hari kiamat.” (Bihârul Anwar 43: 11, hadis ke 2)

Fatimah (sa) digelari penghulu semua perempuan
Fatimah (sa) mendapat gelar penghulu semua perempuan (sayyidatu nisâil
‘alamîn).
Aisyah berkata: Fatimah (sa) datang kepada Nabi saw dengan berjalan
seperti jalannya Nabi saw. Kemudian Nabi saw mengucapkan: “Selamat
datang duhai puteriku.” Kemudian beliau mempersilahkan duduk di
sebelah kanan atau kirinya kemudian beliau berbisik kepadanya lalu
Fatimah menangis. Kemudian Nabi saw bersabda kepadanya: “Mengapa kamu
menangis?” Kemudian Nabi saw berbisik lagi kepadanya. Lalu ia tertawa
dan berkata: Aku tidak pernah merasakan bahagia yang paling dekat
dengan kesedihan seperti hari ini. Lalu aku (Aisyah) bertanya kepada
Fatimah tentang apa yang dikatakan oleh Nabi saw. Fatimah menjawab:
Aku tidak akan menceritakan rahasia Rasulullah saw sehingga beliau
wafat. Aku bertanya lagi kepadanya, lalu ia berkata: (Nabi saw
berbisik kepadaku): “Jibril berbisik kepadaku (Rasulullah saw), Al-
Qur’an akan menampakkan padaku setiap setahun sekali, dan ia akan
menampakkan padaku tahun ini dua kali, aku tidak melihatnya kecuali
datangnya ajalku, dan engkau adalah orang pertama dari Ahlul baitku
yang menyusulku.” Lalu Fatimah menangis. Kemudian Rasulullah saw
bersabda: “Tidakkah kamu ridha menjadi penghulu semua perempuan ahli
surga atau penghulu semua isteri orang-orang yang beriman?” Kemudian
Fatimah tertawa.
(Shahih Bukhari, kitab Awal penciptaan, bab tanda-tanda kenabian
dalam Islam;
Musnad Ahmad 6: 282, hadis ke 25874)

Fatimah (sa) menyerupai Nabi saw
Aisyah Ummul mukminin berkata: Aku tidak pernah melihat seorangpun
yang paling menyerupai Rasulullah saw dalam sikapnya, berdiri dan
duduknya kecuali Fatimah puteri Rasulullah saw. Selanjutnya Aisyah
berkata: Jika Fatimah datang kepada Nabi saw, beliau berdiri menyambut
kedatangannya, dan mempersilahkan duduk di tempat duduknya. Demikian
juga jika Nabi saw datang kepadanya ia berdiri menyambut kedatangan
beliau dan mempersilahkan duduk di tempat duduknya…” (Shahih At-
Tirmidzi 2: 319, bab keutamaan Fathimah; Shahih Bukhari, bab Qiyam Ar-
Rajul liakhihi, hadis ke 947; Shahih Muslim, kitab Fadhil Ash-
Shahabah, bab Fadhail Fathimah)

Marah Fatimah (sa) Marah Rasulullah saw
Rasulullah saw bersabda:
“Fatimah adalah bagian dari diriku, barangsiapa yang membuatnya marah
ia telah membuatku marah.”
(Shahih Bukhari, kitab awal penciptaan, bab manaqib keluarga dekat
Rasulullah saw; Kanzul Ummal 6: 220, hadis ke 34222)

Sakit Fatimah (sa) Sakit Rasulullah saw
Rasulullah saw bersabda:
“Fatimah adalah bagian dari diriku, menggoncangkan aku apa saja yang
menggoncangkan dia, dan menyakitiku apa saja yang menyakitinya.”
(Shahih Bukhari, kitab Nikah; Shahih Muslim, kitab Fadhil Ash-
Shahabah, bab Fadhail Fathimah; Musnad Ahmad bin Hanbal 4: 328, hadis
ke 18447)

Sebagian Karamah Fatimah Az-Zahra’ (sa)
Jabir Al-Anshari, salah seorang sahabat Nabi saw berkisah bahwa
beberapa hari Rasulullah saw tidak makan sedikit pun makanan sehingga
diriku lemas, kemudian beliau mendatangi isteri-isteriku untuk
mendapatkan sesuap makanan, tapi tidak mendapatkannya di rumah mereka.

Lalu beliau mendatangi Fatimah (sa) dan berkata: “Wahai puteriku,
apakah kamu punya makanan untuk aku? aku lapar. Fatimah (sa) berkata:
Demi Allah, demi ayahku dan ibuku, aku tidak punya makanan.

Ketika Rasulullah saw keluar dari rumah Fatimah (sa), ada seorang
perempuan mengirimkan dua potong roti dan sepotong daging, lalu
Fatimah (sa) mengambilnya dan meletakkannya dalam mangkok yang besar
dan menutupinya. Fatimah (sa) berkata: Sungguh makanan ini aku akan
utamakan untuk Rasulullah saw daripada diriku dan keluargaku. Padahal
mereka juga membutuhkan sesuap makanan.

Fatimah (sa) berkata: Lalu aku mengutus Al-Hasan dan Al-Husein kepada
kakeknya Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw datang padaku. Aku
berkata: Ya Rasulallah, demi ayahku dan ibuku, Allah telah
mengkaruniakan kepada kami sesuatu, lalu aku menyimpannyan untuk
kupersembahkan kepadamu.

Fatimah (sa) berkata: Ada seseorang mengantarkan makanan padaku, lalu
aku meletakkannya dalam mangkok besar dan aku menutupinya. Saat itu
juga dalam mangkok itu penuh dengan roti dan daging. Ketika aku
melihatnya aku ta’ajjub. Aku tahu bahwa itu adalah keberkahan dari
Allah swt, lalu aku memuji Allah swt dan bershalawat kepada Nabi-Nya.

Rasulullah saw bertanya: “Dari mana makanan ini wahai puteriku?”
Fatimah menjawab: Makanan ini datang dari sisi Allah, sesungguhnya
Allah mengkaruniakan rizki kepada orang yang dikehendaki-Nya dari arah
yang tak terduga. Kemudian Rasulullah saw mengutus seseorang kepada
Ali (sa) lalu ia datang. Rasulullah saw, Ali, Fatimah, Al-Hasan, Al-
Husein (sa) dan semua isteri Nabi saw makan makanan itu sehingga
mereka merasa kenyang, dan makanan itu tetap penuh dalam mangkok itu.

Fatimah (sa) berkata: Lalu aku juga mengantarkan makanan itu pada
semua tetanggaku, Allah menjadikan dalam makanan itu keberkahan dan
kebaikan yang panjang waktunya. Padahal awalnya makanan dalam mangkok
itu hanya dua potong roti dan sepotong daging, selebihnya adalah
keberkahan dari Allah swt.

Dalam hadis yang lain disebutkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda
kepada Fatimah dan Ali (sa): “Segala puji bagi Allah yang tidak
mengeluarkan kalian berdua dari dunia sehingga Allah menjadikan bagimu
(Ali) apa yang telah terjadi pada Zakariya, dan menjadikan bagimu
wahai Fatimah apa yang telah terjadi pada Maryam. Inilah yang
dimaksudkan juga dalam firman Allah swt: “Setiap Zakariya masuk untuk
menemui Maryam di mihrabnya, ia dapati makanan di sisinya.” (Ali-
Imran: 37).

Kisah dan riwayat ini terdapat di dalam:
1. Tafsir Al-Kasysyaf, Az-Zamakhsyari, tentang tafsir surat Ali-Imran:
37.
2. Tafsir Ad-Durrul Mantsur, tentang ayat ini.

Ini adalah hanya sebagian dari pribadi Fatimah Az-Zahra (sa) yang bisa
kami ungkapkan. Masih banyak lagi tentang keutamaan dan karamahnya tak
mungkin diungkapkan dalam tulisan yang sangat singkat ini, karena akan
membutuhkan buku yang sangat tebal jika hendak diungkapkan secara
lebih detail.